jendelahati.net – Hari raya adalah hari bersuka cita yang selalu dilakukan oleh umat-umat terdahulu dan berlanjut hingga hari ini. Hari raya Idulfitri dilaksanakan di tanggal 1 Syawal sebagai bentuk kemenangan setelah 30 hari lamanya kita berpuasa Ramadhan. Namun sebelumnya umat muslim diwajibkan berzakat kepada mereka yang berhak menerima zakat. Sehingga di pagi Syawal, setiap orang bisa bersuka cita dan merayakan kemenangan ini tanpa merasakan lapar.
Sejarah Perayaan Idul Fitri
Sejarah Idulfitri tidak lepas dari perintah puasa Ramadhan itu sendiri. Diperintahkan oleh Allah pada bulan Syaban tahun kedua Hijriah, yang sekaligus bertepatan dengan kemenangan kaum muslim di Perang Badar. Perang besar yang pertama kali dimenangkan oleh kaum muslim.
Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan dalam kondisi berpuasa dan jumlah pasukan yang jauh lebih sedikit dari pasukan kaum Quraisy. Kaum muslim hanya mengirim 300 orang sedangkan kaum Quraisy mengirimkan 1000 orang disertai dengan persenjataan lengkap. Perang ini sendiri terjadi akibat adanya monopoli pasar dan blokade kaum Quraisy kepada muslim Madinah yang dijawab dengan tantangan berperang. Badar menjadi lokasi yang dipilih untuk tempat peperangan ini.
Dengan kondisi berpuasa yaitu menahan lapar dan haus, juga hawa nafsu agar tidak terpancing oleh kaum Quraisy, perang ini dimenangkan oleh kaum muslim walaupun dengan peralatan seadanya. Kemenangan ini menjadi kemenangan yang memiliki dua perspektif yaitu spiritual dan sosial. Spiritual sebagai kemenangan umat muslim berpuasa secara penuh selama 30 hari dan tetap melaksanakan perang, dan sosial yaitu kemenangan atas perang Badar di tengah tekanan emosional karena menghadapi musuh yang lebih banyak dengan peralatan lengkap, yang membuat kaum Quraisy merasa gentar dan mulai memperhitungkan kaum muslim Madinah.
Sebelum ajaran Islam turun, sudah ada dua hari raya yang biasa dirayakan oleh masyarakat Arab yaitu Nairuz dan Mahrajan yang berasal dari ajaran Persia Kuno. Hari raya ini dirayakan dengan kemeriahan berupa pesta pora. Setelah turun perintah berpuasa Ramadhan, Nabi Muhammad bersabda dalam hadistnya yaitu “Allah telah memberi ganti kalian dua hari yang jauh lebih baik (yaitu) Idulfitri dan Idul Adha.” (HR. Abu Daud dan An-Nasai). Dengan demikian hanya ada hari raya Idulfitri dan Idul Adha sebagai pengganti hari raya Persia kuno.
Baca Juga : Ramadhan di Tengah Pandemi
Hikmah Idul Fitri
Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari Idulfitri. Bukan hanya sebagai hari perayaan penuh sukacita semata. Namun di dalamnya hikmah-hikmah untuk menjadi muslim yang beriman dapat kita teladani, yaitu:
-
Hikmah Kegembiraan dan Kesyukuran
Pada saat Idulfitri, Nabi Muhamad SAW, tidak menginginkan ada satu orang umatnya yang bersedih. Sehingga beliau selalu melaksanakan zakat fitrah dan zakat lainnya paling lambat di hari terakhir Ramadhan. Agar tidak ada yang merasa lapar esok hari atau bersedih karena tidak dapat menyambut hari raya dengan semestinya. Hal ini juga diteladani oleh sahabat-sahabat beliau sehingga ketika pagi Syawal tiba, para sahabat bergembira bersama-sama kaum muslim lainnya merayakan Idulfitri tanpa ada satu kewajiban yang belum dilaksanakan.
Selain itu, rasa syukur karena telah menuntaskan puasa di bulan Ramadhan juga menjadi hikmah tersendiri di hari raya Idulfitri. Bahwa Allah memberi kesempatan pada kita untuk menikmati berkahnya puasa Ramadhan dan kegembiraan merayakan hari raya Idulfitri.
-
Hikmah Ketauhidan, Keimanan dan Ketaqwaan
Salah satu yang disunahkan ketika menyambut hari raya Idulfitri adalah bertakbir, bertahlil, bertasbih dan bertahmid sebanyak-banyaknya. Hal ini sebagai wujud kesyukuran dan kegembiraan dalam menyambut hari kemenangan. Zikir yang digunakan merupakan bukti ketauhidan, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
Rasulullah mencontohkan ketika mendapat karunia penaklukan kota Mekkah yang membuat manusia berbondong-bondong masuk Islam dengan cara mengucapkan tasbih, tahmid dan istigfar. Peristiwa ini diabadikan dalam salah satu ayat Al Quran:
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (penaklukan Mekkah). Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka (sebagai bentuk syukur) bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan beristigfarlah kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.” (QS. An-Nashr : 1-3 )
-
Hikmah Kebersamaan dan Persatuan
Dengan melaksanakan Idulfitri, seorang muslim telah merasakan nikmatnya kebersamaan dan persatuan yang ditunjukkan dengan kegiatan memberi zakat di malam 1 syawal dan pelaksanaan shalat Idulfitri. Kebersamaan ini sangat terasa sehingga meningkatkan rasa persatuan di kalangan umat muslim untuk senantiasa membantu saudara terdekat dan terjauhnya. Tidak ada sekat dan tidak ada batas seperti halnya ketika shalat Idulfitri dilaksanakan. Setiap orang baik wanita, anak-anak dan orangtua dianjurkan untuk mendatangi lapangan tempat dilaksanakannya shalat Idulfitri untuk bersama-sama mendengarkan khutbah. Salah satu hadis Nabi Muhamad SAW yang menegaskan tentang persatuan di saat hari raya Idulfitri, adalah:
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhamad SAW bersabda: “Berpuasa itu adalah pada hari di mana kalian semua berpuasa (secara bersama-sama), dan Idulfitri itu adalah pada hari di mana kalian semua beridulfitri (secara bersama-sama). Demikian juga dengan Idul adha, yaitu pada hari di mana kalian semuanya beridul adha (secara bersama-sama).” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Sesungguhnya hari raya adalah hari kegembiraan. Maka sebelum merayakan hari kegembiraan tersebut hendaklah kita telah melaksanakan latihan (puasa Ramadhan) dengan sebaik mungkin. Sehingga kegembiraan dan kemenangan yang dirayakan menjadi bentuk kesyukuran atas segala nikmat dan karunia Allah.