Meneladani Kelembutan Hati Rasulullah dalam Menyelesaikan Masalah

jendelahati.net – Ketika itu datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, yang hendak berbaiat untuk hijrah. Lelaki tersebut mengatakan bahwa dirinya datang untuk hijrah. Bahkan kedua orang tuanya telah ditinggalkannya dan menangis. Melihat masalah tersebut Rasulullah tidak berbicara keras atau mencela semua perbuataannya. Beliau paham kalau laki-laki tersebut telah melakukan hal yang menurutnya yang terbaik. Rasulullah pun merasa kalau penyelesaian masalah tersebut sangat mudah, sehingga beliau bersabda sederhana dengan menyuruh pulang laki-laki tersebut kepada orang tuannya dan membuatnya kembali tertawa sebagaimana dirinya membuat kedua orang tuanya menangis. Apabila itu sudah dilakukan maka masalah pun selesai.

Meneladani Kelembutan Hati Rasulullah dalam Menyelesaikan Masalah

Di lain hari ada seseorang pemuda yang juga datang ke baginda Rasulullah SAW dan meminta izin untuk melakukan perzinaan. Kita ketahui bersama kalau orang ini meminta izin untuk melakukan maksiat yang bukan sembarang maksiat. Banyak orang yang mengerumpuninya dan mencela atas perbuatannya.

Lalu bagaimana sikap Rasulullah menghadapi masalah tersebut? Akankah ikut membentak dan memarainya karena permintaannya itu dilarang dan termasuk dosa besar atau tidak. justru yang Rasulullah katakan adalah menyuruh orang tersebut mendekat dan barulah Rasulullah mengajaknya berdialog dan berpikir. Rasullulah bertanya kepada orang tersebut apakah rela apabila zina itu menimpa kepada ibunya, anak perempuan saudaranya atau kepada bibinya. Setelah mendengarkan tuturan Rasulullah SAW, maka laki-laki tersebut akhirnya sadar diri. Rasulullah pun mendoakan dan sekejab saja keinginan untuk berzina itu hilang.

Sering kali kita sebagai manusia sering melakukan kesalahan tidak hanya satu kali atau dua kali baik kesalahan kecik atau besar. Kita pun sebagai manusia juga memiliki pilihan untuk menjadikan penyelesaian berbagai masalah tersebut menjadi lebih mudah atau tambah lebih ribet. Lebih disayangkan kalau kita menanggapi suatu masalah justru menimbulkan masalah baru lagi. Segala luapan emosi, ada rasa tidak terima dan kekesalan sering kali menghalangi kita semua untuk melihat akar permasalahan dengan jernih.

Seperti dua contoh kisah Rasulullah SAW di atas, bisa saja beliau memarahi dan membentak laki-laki yang berbuat salah  karena sudah membuat orang tuanya menangis dan kesusahan. Rasulullah pun hanya dengan bahasa yang halus dapat memberikan penjelasan yang mampu menyejukkan hati. Beliau paha kalau masalah itu sederhana dan tidak perlu dibesar-besarkan. Cukup dengan bahasa yang sederhana namun mengena dan tidak ada unsur untuk menyakiti, maka masalah pun akan segera terselesaikan.

Begitulah contoh sikap Rasulullah SAW dalam berinteraksi dengan para sahabatnya. Beliau selalu memberikan sebuah dorongan untuk selalu berbuat baik dan meyakinkan mereka dapat meraihnya dengan mudah. Bahkan Rasulullah melarang kita semua untuk mencela seseorang yang sudah berbuat dosa.

Demikianlah sepenggal kisah Rasulullah SAW dalam menyikapi semua masalah. Kelembutan hati seorang Nabi dan Rasul Allah tidak hanya tercermin pada sabda-sabdanya tetapi juga perilakunya yang sangat lembut kepada umatnya. Tentunya kita sebagai umat Islam sudah tidak perlu ragu lagi untuk meneladani Rasulullah.