Profesi yang Berjasa di Tengah Wabah COVID-19

Jendelahati – Virus Corona telah memorak-porandakan dunia. Hingga saat ini, tanggal 30 April 2020, virus ini telah menginfeksi penduduk dunia sebanyak 3 juta orang. Dan para ilmuwan membuat prediksi bahwa separuh penduduk dunia akan terinfeksi virus yang telah mengalami mutasi ini. Menanggapi prediksi ini, Indonesia menerapkan aturan PSBB untuk keselamatan warga negaranya. Aturan ini telah mengubah sistem sosial dan ekonomi demi menekan jumlah penyebaran dan kematian akibat infeksi virus Corona.

Dengan masih massifnya penyebaran virus dan siklus hidup virus yang masih berubah-ubah, membuat aturan PSBB terbilang cukup efektif. Dengan membatasi pergerakan manusia, diharapkan penyebaran virus bisa dikendalikan agar tidak terbentuk klaster-klaster penyebaran yang baru. 

Dalam masa PSBB, ada beberapa profesi yang menjadi penting dan berjasa di tengah wabah, yaitu:

  • Petugas Rumah Sakit

    • Dokter dan Perawat

Dokter dan perawat menjadi ujung tombak penyediaan layanan kesehatan di masa wabah. Dengan terbatasnya layanan dan informasi kesehatan, keberadaan dokter dan perawat di tiap-tiap unit kesehatan di setiap daerah menjadi sangat penting dalam penatalaksanaan kesehatan baik untuk kasus Covid-19 maupun kasus non Covid-19.

dokter dan perawat wabah covid-19

Namun sayangnya, perlindungan kepada dokter dan perawat terbilang cukup minim sehingga terjadi kasus kematian yang cukup tinggi untuk para tenaga kesehatan ini.  Berdasarkan data terakhir, sudah 44 orang tenaga kesehatan (dokter dan perawat) yang meninggal terkait kasus Covid-19 di seluruh Indonesia. Penyebabnya tertular langsung dari pasien positif maupun karena ketidakjujuran pasien positif sehingga menyebabkan dokter tidak menggunakan standar APD untuk Covid-19. 

Kehilangan ini sungguh menyedihkan bagi masyarakat Indonesia di mana persentase dokter di Indonesia masih terbilang rendah yaitu 1 : 2.270 penduduk (data per tahun 2016). Jumlah ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki persentase dokter 1 : 1.100 penduduk. Ditambah lagi menumpuknya jumlah dokter di kota-kota besar di Indonesia, yang membuat pelayanan dokter tidak bisa dinikmati hingga ke pelosok-pelosok desa.

Baca Juga : Suka Duka Jadi Jasa Terjemahan Bahasa Jepang Freelance

    • Petugas Pembersih Rumah Sakit

Rumah sakit dikenal sebagai pusat penyebaran penyakit dengan berkumpulnya pasien setiap hari. Hal ini membuat tenaga pembersih harus memastikan bahwa tidak ada SOP yang terlewati pada saat melakukan pembersihan. Dengan adanya kasus Covid-19, tugas mereka bertambah berat karena harus melakukan desinfektan lebih sering dari biasanya. Dan resiko mereka terpapar sama besarnya dengan tenaga kesehatan.

petugas kebersihan wabah covid-19

Keberadaan mereka dalam kondisi sehat menjadi hal penting yang menunjang tenaga kesehatan melakukan tugasnya merawat pasien Covid-19. Sehingga mereka juga wajib dibekali dengan APD standar untuk pencegahan penularan virus Corona ini.

    • Tenaga Pemakaman

Virus yang telah memakan korban hingga lebih dari 700 orang di seluruh Indonesia ini, membutuhkan prosedur pemakaman yang berbeda dari penyakit lainnya. Untuk menghindari virus keluar dari tubuh pasien yang telah meninggal, pemulasaraan dilakukan secara ketat yaitu dengan membungkus jenazah dengan plastik standar medis dan diletakkan di dalam peti kayu yang juga dilapisi plastik sebelum dikubur dengan kedalaman minimal 1,5 meter. 

Prosedur ini dilakukan oleh orang yang ditunjuk oleh rumah sakit. Bisa tenaga kesehatan seperti perawat. Bahkan aparat TNI/Polri juga diperbantukan mengingat kurangnya personil pemakaman sedangkan angka kematian cukup tinggi ditambah dengan singkatnya toleransi waktu pemakaman. Juga sopir ambulans yang harus siap siaga menerima panggilan untuk mengantarkan jenazah dari rumah sakit ke pemakaman.

Keterbatasan personil ini membuat satu insiden kecelakaan ringan di mana sopir ambulans mengalami kelelahan dan sesak karena menggunakan APD lengkap sehingga armadanya menabrak pagar pembatas jalan. Tidak ada korban jiwa namun insiden ini memberi sebuah pemahaman bahwa penggunaan APD bagi orang awam cukup menyiksa dan mengganggu konsentrasi. Tentu kita bisa membayangkan para tenaga kesehatan yang harus menggunakan APD sepanjang jadwal mereka berhari-hari. 

  • Tenaga Penyedia Bahan Makanan/Logistik

    • Penjual Makanan

Masa PSBB menjadi penyebab terbatasnya akses setiap warga yang biasanya mudah mendapatkan barang yang diinginkan karena pelarangan seperti tidak boleh makan di restoran atau kafe karena akan membuat kerumunan. Kondisi ini membuat penjual makanan berusaha mengakomodasi kebutuhan pelanggannya dengan menghadirkan layanan online dan frozen food.

penjual makanan ketika wabah covid-19

Bukan hanya penjual makanan kelas rumahan, hal ini pun dilakukan oleh gerai-gerai makanan raksasa seperti KFC. Sedangkan Hoka-hoka Bento juga menyasar makanan beku untuk menu-menu mereka. Semuanya bertujuan untuk dapat tetap bertahan di masa PSBB di mana pola sosial dan ekonomi mengalami perubahan secara fundamental. Dari yang biasa berkumpul di kafe/resto menjadi hanya berada di dalam rumah. Dari yang makanan siap santap menjadi makanan beku praktis yang hanya butuh dihangatkan di rumah.

    • Kurir 

Terjadi peningkatan layanan kurir di masa PSBB. Dengan larangan keluar rumah, banyak masyarakat memanfaatkan jasa kurir untuk memenuhi kebutuhan mereka terhadap satu barang. Peningkatan ini meliputi jasa kurir ekspedisi dan kurir online.

Bagi kurir online, peningkatan ini menjadi berkah tersendiri mengingat adanya larangan mengangkut penumpang oleh pemerintah. Juga menjadi berkah bagi mereka, karena masyarakat cukup memiliki empati dengan memberikan donasi makanan/sembako sebagai dukungan kepada jasa kurir online ini.

Profesi ini di hari-hari biasa sudah tidak asing bagi masyarakat. Namun di momen Covid-19 inilah baru kita bisa merasakan kebutuhan yang besar atas jasa mereka untuk melayani kebutuhan masyarakat. Semoga wabah segera berlalu dan ekonomi Indonesia bisa kembali bertumbuh.