Jendelahati – Dalam agama Islam, amal dibedakan menjadi dua, yaitu amal baik (shaleh) dan beramal buruk. Dan Allah menjanjikan balasan bagi orang yang beriman dan beramal shaleh. Sedangkan bagi muslim di Indonesia, berbuat baik sering disebut dengan beramal. Konotasinya, untuk perbuatan baik disebut beramal, sedang untuk perbuatan buruk langsung disebutkan perbuatan buruknya.
Sebelumnya mari kita bahas definisi beramal itu sendiri. Menurut KBBI, beramal dari kata dasar amal artinya adalah berbuat kebajikan, bisa dengan memberi sumbangan atau bantuan kepada orang lain atau organisasi. Beramal bisa juga berarti melakukan kebaikan, berupa memberikan nasihat baik hingga mengerjakan perbuatan yang baik. Atau sesuai kata dasarnya, beramal bisa berarti berbuat amal atau berbuat kebaikan.
Berdasarkan definisi di atas, dan tuntunan agama, maka beramal adalah bagian dari hidup kita sehari-hari. Bahwa hidup kita tidak lain dari rentetan amal yang kita lakukan setiap saat hingga menjelang ajal. Dalam kondisi lapang, nyaman, beramal tentu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan siapa saja. Walaupun pada kenyataannya, sebagian yang diberikan nikmat merasa berat untuk beramal karena rasa serakah yang telah menguasai dirinya. Lalu, bagaimana kita bisa beramal jika kita dalam kondisi sulit, susah dan terjepit?
Dalam firmanNya, Allah menyebutkan balasan bagi orang mukmin yang mengerjakan amal saleh, yaitu kehidupan yang baik. Allah tidak mengatakan dalam firmanNya itu bahwa hanya orang-orang yang dalam kelapangan saja yang harus beramal saleh. Tapi orang mukmin dan beramal saleh lah yang akan mendapatkan kehidupan yang baik sebagai ganjaran di dunia dan pahala yang lebih baik sebagai ganjaran di akhirat. Sehingga beramal merupakan keistimewaan orang mukmin, karena hanya merekalah yang mampu melakukannya dengan ikhlas setiap saat.
Sehingga, sudah seharusnya setiap diri menguatkan tekad untuk tetap beramal meskipun dalam keadaan susah dengan meyakini beberapa keutamaan beramal di saat susah seperti di bawah ini:
- Kaidah fikih menyebutkan, amalan semakin sulit dan banyak, maka akan semakin besar pahalanya.
Tentu saja semakin sulit amalan akan membuahkan pahala yang besar. Orang mukmin meyakini hal ini sehingga selalu termotivasi untuk beramal di setiap situasi. Semoga juga bisa memotivasi diri kita untuk lebih menguatkan tekad agar bisa terus beramal dalam bentuk yang kita mampu di setiap situasi baik lapang maupun sulit. - Imam Az Zarkasi menyebutkan dalam Al Mantsur, “Amalan yang semakin banyak dan sulit, lebih afdhal daripada amalan yang tidak seperti itu.”
Maksudnya adalah, ketika kita melakukan amalan dan mendapat tantangan atau kesulitan, akan menjadi amalan yang lebih utama ketimbang melakukannya dalam kondisi mudah. Hal ini bertujuan untuk memberi motivasi bagi setiap muslim untuk terus beramal walaupun membutuhkan pengorbanan.
Baca Juga : Profesi yang Berjasa di Tengah Wabah COVID-19
Mari kita ambil salah satu contoh beramal di kala susah, yaitu bersedekah. Bagaimana caranya seorang dhuafa dapat bersedekah manakala dia sendiri kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar? Tentu saja disesuaikan dengan situasi. Dalam kasus riil, ketika bantuan sosial datang, seorang nenek di Sumatera Barat mengembalikan beras bantuan yang diterimanya dan hanya mengambil garam. Sang nenek berkata, “Saya kembalikan beras ini dan tolong berikan kepada yang membutuhkan. Saya masih ada sedikit beras tapi tidak ada garam. Jadi hanya garam ini yang saya terima.”
Sang nenek telah mengajarkan hidup mulia, padahal kondisinya adalah cukup memprihatinkan. Namun ia tahu, ada orang lain yang juga membutuhkan beras itu. Sesuai dengan hadis Nabi, “Sedekah dari orang yang sangat kekurangan adalah sedekah yang afdhol.” Dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat karena mempercayai akan janji Tuhannya yang akan memberikan balasan yang besar bagi orang-orang yang selalu membantu orang lain di kala lapang dan sempit.
Selain itu, beramal di kala susah akan selalu menjadi pengingat bagi diri, bahwa konsistensi amal itu penting. Bukan jumlahnya. Dengan membiasakan beramal di kala susah, kelak tidak akan merasa berat untuk beramal di dalam kondisi berlebih. Sesuai dengan hadist Nabi yang mengatakan sedikit tapi rutin itu lebih baik daripada amalan banyak tapi sesekali.
Hal ini sudah dilakukan oleh seorang tukang becak yang mendapatkan Bantuan Langsung Tunai dari pemerintah, namun tetap menyisihkan uang yang diterima untuk bersedekah di masjid sesuai dengan kebiasaannya selama ini. Perbuatan tukang becak ini mengundang decak kagum jamaah lain dan menjadi pelajaran bahwa bersedekah dilakukan setiap saat.
Hal-hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keluasan jiwa dan kedekatan kepada Tuhannya. Yang hanya mengambil sedikit nikmat dari Tuhannya sesuai dengan yang diperlukan tubuhnya. Dan orang-orang ini akan mendapatkan kedamaian dan perlindungan dari Tuhannya karena meyakini setiap firmanNya.