Di dunia pewayangan kita mengenal dengan Srikandi istri dari sang tampan Arjuna. Srikandi yang piawai dalam memainkan senjata – senjata baik panah dan pedang dalam berperang menjadi sebuah kisah inspiratif tersendiri bagi para wanita – wanita pemberani. Di lain hal sewaktu zaman Rasulullah Saw terdapat kisah yang hampir sama yaitu prajurit wanita muslimah pertama yaitu Ummu Umarah.
Secara naluri dan natural wanita hanya berkecimpung dalam hal kerumahtanggaan hanya sebagai peran – peran yang dihabiskan di dalam rumah. Dan apakah mereka para wanita ini lantas tidak boleh mempunyai peran yang lebih? Pemikiran seperti itu nampaknya harus kita singkirkan di jaman sekarang.
Toh sewaktu zaman nabi Muhammad terdapat prajurit tangguh yang hanya sesosok wanita. Nama wanita tersebut Ummu Umarah putri dari Ka’ ab bin Amr dan Rabab binti Abdullah bin Habib. Sebagai umat muslimin kita hanya mengetahui kalau onrang – orang yang ikut berperang hanyalah kaum laki – laki. Namun kisah Ummu Umarah yang akan kami sampaikan ini semoga dapat mematahkan anggapan kalau hanya orang – orang lelaki saja yang mengikuti perang.
Ummu Umarah
Wanita yang bernama lengkap Nasibah binti Ka’ab al-Anshariyah salah satu keturunan sesepuh Bani Mazim An – Najar. Ummu Umarah termasuk dua orang muslimah Madinah yang berangkat ke Mekkah untuk melakukan Baiat Aqabah di masa awal kenabian Rasulullah.
Wanita ini tercatat dalam sejarah Islam telah menjadi prajurit wanita yang gagah, tangguh dan berani. Selain itu juga telah berhasil menyelamatkan Nabi Muhammad Saw yang saat itu menghadapi tentara kafir yang akan membunuh beliau. Awal mula Ummu Umarah ini menggeluti medan pertempuran dengan menjadi tenaga medis serta pendukung untuk kebutuhan logistik prajurit muslim sewaktu perang baik membawakan minuman dan makanan serta mengobati prajurit muslim yang terluka saat perang.
Awal sampai Akhir Mengikuti Peperangan
Di dalam sebuah catatan kisah oleh Ibnu Sa’ad di dalam Thabaqat saat perang Uhud tertanggal 7 Syawal tahun 3 Hijriyah atau pada tanggal 23 Maret 625 M, menghadapi 3000 tentara kafir Quraisy yang dikomandoi oleh Abu Sofyan. Prajurit muslim yang dipimpin Rasulullah Saw hanya berjumlah 700 mujahid, kala itu prajurit muslim hampir meraih kemenangan dan dapat memukul mundur tentara kafir yang dipimpin oleh Abu Sofyan namun karena terpengaruh oleh harta rampasan perang serta juga abai dengan perintah Rasulullah Saw.
Prajurit muslim kemudian berbalik dipukul mundur oleh tentara kafir Quraisy. Di dalam keadaan yang genting serta terjepit di bukit Uhud, pasukan kafir Quraisy lantas menyuruh Ibnu Qumaiah agar membunuh Rasulullah Saw. Ummu Umarah yang mendengar hal itu terasa marah dan geram. Dengan hanya berbekal sebilah pedang milik salah satu prajurit muslim yang melarikan diri, didampingi sang suami Ghazyah bin Amru Al – Mazini An-Najari dan putra – putranya Abdullah bin Zaid dan Habib bin Zaid. Ummu Umarah menghadang Ibnu Qumai’ ah dengan gagah berani.
Ummu Umarah tak gentar meski yang dihadapinya memiliki tubuh yang lebih besar, kekar dan tegap demi membela serta melindungi Rasulullah Saw. Darah bercucuran luka yang dialami Ummu Umarah tak dihiraukannya yang ia lakukan hanyalah untuk melindungi kekasih Allah Swt. Sampai Rasulullah berkata, “Ia (Ummu Umarah) tidak berpaling ke kiri atau ke kanan kecuali terus berperang demi aku.” Melihat kegigihan serta keberanian Ummu Umarah lantas prajurit muslim sontak kembali menggelorakan perlawanan kepada kafir Quraisy.
Dalam momen tersebut Rasulullah berhasil selamat dan Ummu Umarah terluka setidaknya terdapat 20 luka dan yang cukup parah terkena di bagian leher. Selesainya peperangan yang akhirnya kemenangan diperoleh tentara kafir Quraisy. Kemudian Rasulullah mengunjungi Ummu Umarah dan menanyakan kondisinya. Ummu, lantas menjawab baik – baik saja karena tidak ingin melihat Rasulullah Saw bersedih hati sedang sangat terlihat Ummu sedang menahan sakitnya. Rasulullah Saw kemudian menanyakan, “Ya Umarah, apa yang engkau harapkan dari perjuanganmu ini?
” Lantas Ummu Umarah menjawabnya, “ Ya Rasul Allah, hanya satu yang kuharapkan. Doakanlah kelak aku bisa menjadi tetanggamu di dalam surga.” Rasulullah Saw kemudian mendoakan Ummu Umarah dan keluarganya untuk menjadi keluarga ahli surga. Tak hanya ikut berperang di perang Uhud namun dalam catatan kehidupannya mujahidah satu ini ikut membela dalam naungan bendera panji Rasulullah di perang Hunain, perang Hudaibiyah, perang Yamamah.
Di perang Yamamah ini ketika melawan nabi palsu di jaman khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, Ummu Umarah mengajukan diri untuk ikut maju berperang bersama putranya. Namun pada perang Yamamah ini Ummu Umarah dan putranya yang bernama Habib terbunuh, namun putranya yang bernama Abdullah dapat menghabisi Musailamah atau nabi palsu pada tahun 13 H.