Sudah banyak cerita inspiratif dan religi di dengungkan di mimbar – mimbar khutbah atau pun di pengajian – pengajian, di serambi masjid. Namun sering sekali kita jumpai telinga kita tak pernah lelah mendengarkan kisah inspiratif serta nan religi ini lalu lalang melewati telinga kita. Pentingnya rasa bersyukur atas karunia Allah yang diberikan oleh kita tentu sangat layak apabila kita selalu mensyukurinya dan membuat kita lebih tawadhu dan jauh dari sifat – sifat yang kurang baik seperti sombong. Berikut ini beberapa kisah yang kami rangkum dari beberapa sumber untuk kita saling memberi ingat satu sama lain.
Kisah Nabi Musa dengan Penjual Daging Teman Kelak Di Surga Nantinya
Suatu saat ketika seorang Rasul dan Nabi Allah yang termasuk sebagai Nabi Ulul Azmi yakni Nabi Musa berdoa kepada Allah untuk supaya menunjukkan petunjuk siapakah nantinya kelak teman duduk beliau di Surga? Kemudian Allah memberi petunjuk dan memerintahkan beliau untuk menemui pedagang daging yang disebutkan beserta ciri – cirinya. Lalu Nabi Allah mendatangi orang tersebut yang masih muda menjual daging jualannya.
Nabi Musa memperhatikan dan menunggu sampai pemuda tersebut selesai menyelesaikan pekerjaannya. Nabi Musa menghampiri pemuda tersebut dan menanyakan apakah tuan berkenan dan bersedia menerima saya sebagai tamu tuan? Saya sedang melakukan perjalanan (musafir), imbuh Nabi Musa.
Pemuda tersebut yang tak kenal siapa tamunya kemudian menjawab, ‘baiklah, mari kita pulang. Ketika sudah sampai dirumah penjual daging lantas pemuda itu memasak daging dan menyuguhkan sebagiannya kepada Nabi Musa. Nabi Musa setelah makan mendapati pemuda tersebut mengeluarkan sebuah wadah yang cukup besar yang di dalam wadah itu terdapat wanita tua yang terlihat lumpuh tak berdaya.
Pemuda itu memangku wanita tua tersebut dengan sangat sabar dan telaten pemuda itu menyuapi wanita tua tersebut. Selesainya menyuapi kemudian pemuda tersebut kembali duduk menghadap tamunya kemudian Nabi Musa bertanya kepada pemuda tersebut, “siapakah wanita yang engkau suapi?
Pemuda itu menjawab dia adalah Ibuku yang lumpuh sangat lemah dan bisanya hanya berbaring saja. Lantas Nabi Musa berkata, “bergembiralah engkau wahai pemuda, aku Musa yang telah diwahyukam oleh Allah kepadaku bahwa nanti engkau menjadi teman dudukku di Surga berkat apa yang telah engkau lakukan dengan sangat baik kepada Ibu kamu.” Pemuda tersebut menunjukkan rasa bersyukur dalam bentuk ketaatan dalam kebaikan kepada Ibunya.
Kisah Sultan Murad IV dengan Kematian Seorang Waliyullah
Suatu ketika di tahun kepemimpinan Sultan Murad IV pemimpin Turki Utsmani yang terkenal sangat disiplin tegas memberantas segala kemungkaran. Pada masa pemerintahannya beliau tak tanggung – tanggung melarang peredaran minuman keras Ia bahkan memerintahkan untuk menghukum mati bagi yang melanggar.
Pada suatu malam Sultan Murad mengalami kegelisahan yang sangat kemudian Ia mengajak para pengawal untuk keluar ronda di jalanan dengan blusukan ke rumah rakyatnya dengan cara menyamar. Hingga di suatu lorong menemukan sekujur tubuh seorang yang tergeletak tak bergerak kemudian Sultan Murad memeriksa ternyata sudah meninggal dan melihat orang – orang yang lalu lalang hanya membiarkan dan menjauhi orang yang tergeletak tersebut.
Kemudian Sultan menanyakan kenapa orang – orang membiarkan orang tersebut siapa orang ini dan dimana keluarganya? Kata mereka orang tersebut zindiq, sering pergi ke tempat pelacur dan sering membawa khamr mabuk – mabukan. Sultan kemudian berkata, bukankah ini juga umat Nabi Muhammad Saw, ayo kita angkat jenazahnya dan kita bawa ke rumah, kata Sultan yang sedang dalam penyamaran.
Mereka lantas sampai di rumahnya orang – orang yang membawa lantas pergi hanya tinggal Sultan dan para pengawalnya. Kemudian istrinya langsung menghampiri dan menangisi suaminya. Istrinya berdoa, “Semoga Allah merahmatimu wahai waliyullah (wali Allah) aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang saleh.” Mendengar ucapan istri orang tersebut lantas terkaget Sultan Murad IV. “Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara kamu sendiri tau orang – orang membicarakan keburukannya, sampai tak peduli dengan kematiannya.
Sang Istri menjawab : “Sudah kuduga pasti akan terjadi begini.” Sang Istri melanjutkan “setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko – toko minuman keras (khmer), dia membeli khamr dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman – minuman itu dibawanya kerumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil ia berkata : “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin.” Ia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi uang dan berkata “malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi.”
“Kemudian sepulannya dari tempat pelacur, ia berkata : Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda – pemuda Islam.” Orang – orang hanya menuduh dengan berbagai cibiran. Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku, “kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu dan meshalatinya. Suamiku hanya tertawa, “jangan takut, bila aku mati aku akan dishalati oleh Sultannya kaum muslimin, para ulama dan para wali.”
Mendengar cerita itu Sultan Murad IV lantas menangis dan berkata, “Benar! Demi Allah akulah Sultan Murad. Besok pagi kita akan memandikan, menshalati, dan menguburkannya. Kisah ini mengajarkan kita selalu bersyukur dalam hal berbuat baik dan yakin akan rahmat Allah meski sampai kita nanti menemui ajal.